Selasa, 03 September 2013

Sebuah Permainan

Dilihat dari judul tulisan ini, yang saya maksud sungguh adalah sebuah permainan. Kepada pembaca tidak diharapkan mengartikan judul tersebut sebagai makna tersirat dari hubungan terlarang atau apalah namanya. Ini benar-benar adalah sebuah permainan.
Abang kandung saya, Deri, yang memperkenalkan permainan ini. Waktu itu saya sudah jadi seorang ibu, ibu dari seorang bayi perempuan yang punya panggilan Icha. Umur Icha masih sekitar 2 tahun kala itu, dan dia belum memiliki adik.

Deri menyuruh saya menuliskan 15 nama-nama orang yang paling saya cintai di dunia ini. Mudah sekali bagi saya, karena saya punya orang-orang yang sangat saya cintai. berikut list nya :
1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)



Nomor di atas tidak mempengaruhi tingkat cinta dan sayang saya pada mereka, begitu mengingat sebuah nama saya langsung menuliskannya. Sama sekali tidak berniat menuliskan nomor terkecil berarti sangat cinta dan nomor terakhir artinya kurang sayang, tidak seperti itu pemirsa. :)
Satu lagi, jangan kau tanyakan mengapa tidak ada Ayah dalam daftar itu teman. cukuplah saya saja yang tau alasannya, waktu itu tidak terlintas 'nama' itu.
Jadi pembaca yang budiman sajalah kalian. ;)

Dan saya mulai kehabisan nama untuk ditulis, sekeras apapun saya berpikir tapi tak menemukan nama lain. Akhirnya saya menyerah.
"Kayaknya duabelas aja deh Bang, Adek gak tahu mau nulis nama siapa lagi." Saya menyerah.
"Yakin? cuma segitu aja? gak ada yang lain lagi?" Tanya Deri.
" Udah segitu aja, sebenarnya ini kita mau main apa sih, Bang?"
"Permainannya, Adek harus coret 1 nama dulu." Kata Deri.
"Ooohh ngerti, terus tinggal satu nama yang paling Adek sayang kan? Ya udah adek tinggalin Icha yang terakhir."
"Gak bisa gitu, inti dari permainan ini adalah proses permainannya, bukan akhir atau hasil." Deri menjawab sambil tersenyum.

Saya memutuskan mencoret salah satu nama,

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

Kak Desy adalah sahabat masa kecil saya, sampai sekarang saya masih sayang padanya tapi kami tak saling berkirim kabar lagi, dimana dia tinggal sekarang pun saya tak tahu. maka saya memilih meng-eliminasi-nya terlebih dahulu.
"Coret satu lagi." Kata Deri.

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

Nama kedua yang saya coret adalah Bang Adri. Agak sulit menjabarkannya, tapi dia salah satu teman yang dulu pernah dekat dengan saya. Saya berpikir, mungkin dia pun sudah berkeluarga diluar sana, sudah bahagia dengan kehidupannya, tak usah mengharapkannya kembali lagi. uuppss.. :D
sebelum saya mencoret nama lain, saya bertanya pada Deri :
"Kalau coret dua nama sekaligus boleh Bang?"
"Kenapa? kok langsung dua?" tanyanya.
"Adek sama-sama sayang mereka, gak bisa milih yang mana duluan yang harus Adek coret." Hatiku sudah mulai agak tidak rela kala itu.
"Boleh."

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

Saya mencoret Fitri dan Tria sekaligus karena mereka punya posisi yang sama di hati saya. Mereka adalah sahabat saya ketika SMA, kami bahkan punya Trio, TRILAFI (Tria, Lola, Fitri) dan tidak mungkin bagi saya utuk memilih salah satu dari mereka. Tapi saya harus menghadapi kenyataan bahwa kami tidak sekompak dan sekece dulu lagi (lhoo??)
Mereka sudah sibuk dengan urusan masing-masing, dan tidak jarang mereka bahkan lupa hari ulang tahun saya. But, I love you girls... :(

Sebelum saya mencoret nama yang lain, saya bertanya pada Deri.
"Sebenarnya inti permainan ini apa Bang? Adek harus coret nama yang enggak Adek sayang? semuanya Adek sayang, kalau gak sayang, Adek gak akan tulis namanya!" Saya mulai protes dengan permainan ini.
"Bukan mencoret nama orang yang gak Adek sayang, tapi meng-eliminasi mereka yang kira-kira tanpa mereka adek bisa hidup, atau gak mungkin selamanya mereka bisa bareng-bareng adek terus." Deri menjelaskan.
Saya mulai mengerti jalan permainan ini.
Saya meng-eliminasi satu nama lagi.

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

Ibu mertua yang menjadi pilihan saya. Bagaimanapun beliau punya kehidupan sendiri selain mengurusi saya dan suami saya. Beliau masih punya suami dan tidak mungkin akan terus tinggal dengan saya, walaupun selama ini beliau yang menemani saya ketika saya melahirkan cucu pertamanya.

Next..

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

Hati saya sudah mulai meringis waktu mencoret nama Nova. Dia sahabat saya ketika SMA, pun teman baik saya di kampus. Saya banyak menggantungkan hidup padanya. Dari mulai tugas kuliah yang saya tidak mengerti, sampai sebagai 'alarm' pagi saya pengingat ada kuliah yang harus saya ikuti pagi itu. Dia bahkan melebihi advisor saya. :D
Dia lah mentari saya di kampus. Kalau dia tidak ada, maka suramlah kampus itu bagi saya. Hanya kegelapanlah yang ada di hadapanku. (Leeebbbaaaayyyy)
Tapi saya sadar suatu saat nanti Nova akan menikah dan harus mengurusi suami dan keluarganya. Dia tidak akan punya waktu lagi buat saya. 

Selanjutnya, saya menghapus Nenek. :'(

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

"Bang, adek gak mau lagi main ini. Adek gak mau coret nenek." Saya mulai merengek.
"Kalau gitu coret yang lain." Jawabnya.
Saya mulai melihat nama-nama yang tersisa. Tapi tak ada satupun yang mau saya hilangkan. Lalu saya mulai mencari alasan kenapa saya memilih nenek.
Yaa... nenek saya sudah tua dan sedang sakit waktu itu. Saya berpikir mungkin nenek lebih dulu meninggalkan kita di dunia yang fana ini. Apapun takdir-Nya, saya harus siap hidup tanpa nenek.
Sekarang, ketika kalian membaca tulisan ini, nenek saya sudah berpulang ke sisi-Nya. Semoga Allah menerima segala amal perbuatan beliau. :'(

"Ya udah nenek aja Bang." Air mata sudah menetes di pipi kala itu.
Permainan apa ini, sampai membuat orang menangis?? Damn!
"Coret lagi satu." Perintahnya.
"Gak mau.. masa Adek harus coret Kak Dina?? Kak Dina itu sepupu kesayangan Adek, dia juga sahabat yang paling ngerti Adek."
"Kalau gitu coret yang lain."

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)
5. Nenek
6. Kak Dina (Sepupu kesayangan)
7. Nova (Sahabat)
8. Tria (Sahabat)
9. Fitri (Sahabat)
10. Ibu mertua
11. Kak Desy (Sahabat)
12. Bang Adri (Sahabat)

Sambil berlinangan airmata, saya terpaksa mencoret Kak Dina.
"Adek tau Bang..suatu hari nanti Kak Dina pasti diambil orang. Dia gak bisa sama-sama Adek lagi. Ada saat dimana dia pasti gak akan mentolerir keegoisan Adek lagi. Ada saat dimana dia gak akan mengalah lagi dari Adek. Suatu saat pasti ada orang yang akan jauh lebih dia utamakan daripada Adek. Ada saat dimana dia akan melupakan Adek..."
Tak terbendung lagi airmata, bahkan saya tak sadar sudah menangis sesenggukan. Dan saya tau, Deri sedang menatap saya waktu itu, walau saya tak balik menatapnya.

Walau pipi dibasahi airmata, saya masih sanggup untuk mencoret nama selanjutnya. Hanya tersisa 4 (empat) nama lagi.
1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)

Tahukah kalian siapa yang saya coret? Dari ke-empat nama di atas, entah mengapa saya memilih nama pada nomor urut 3. :(

1. Bunda (Ibu kandung)
2. Abang (Deri, abang kandung)
3. Suami saya
4. Icha (Anak kandung)

Saya merasa Ibu kandung saya tidak akan mungkin mengkhianati saya setelah apa yang ia korbankan selama ini. Abang kandung saya selalu menerima saya apa adanya, memaafkan kesalahan-kesalahan saya. Dan saya tidak mungkin mencoret anak kandung saya, darah daging saya.
Suami saya menjadi pilihan bukan karena saya takut dia tidak akan memaafkan kesalahan-kesalahan saya, akan tetapi saya yang takut tidak bisa memaafkan kesalahannya karena keegoisan saya.
Bagaimana kalau dia menemukan wanita lain, yang lebih cantik dari saya, lebih muda, lebih pintar, lebih segala-galanya. Bagaimana jika dia memutuskan berpoligami? Jika saya tidak setuju dia akan menceraikan saya atau saya yang minta cerai? Na'udzubillah.... :(
Maka airmata tak henti-henti membanjiri pipi.

"Coret satu lagi." Pinta Deri.
"Adek gak mau main lagi Bang." Saya mulai membuang pulpen.
"Kenapa?"
"Adek gak mungkin bisa hidup tanpa Bunda, Abang dan Icha. Kalaupun bisa, Adek gak mau. Kalaupun ajal yang memisahkan kita, biar adek aja yang pergi lebih dulu, supaya Adek gak ngerasain sedihnya ditinggal oleh kalian. Permainan apa ini? permainan aneh. I HATE THIS STUPID GAME!!!!" Saya mulai menjerit menolak melanjutkan permainan.
Deri pun tak memaksa saya untuk melanjutkannya. Saya pun tak pernah tertarik lagi untuk melanjutkan, memainkan ulang, atau apa saja yang berhubungan dengan permainan itu. Dan sampai tulisan ini tercipta, saya tidak pernah menyelesaikannya.

Tapi ini hanyalah permainan Kawan. Bagi siapapun yang memainkannya tidak menggunakan emosi atau perasaan, tidak akan berpengaruh apa-apa padanya. :)
Mungkin jika permainan ini diselesaikan dengan positive thingking, permainan ini akan berakhir bahagia. Tapi saya tak tahu caranya.
Dan permainan ini jauh saya mainkan sebelum saya mengenal kamu. ya... Kamu!!
Kamu yang baca tulisan ini, maka dari itu namamu tidak ada pada list di atas.

Karena saya tidak akan memasukkan nama kamu, kamu, kamu, kamu dan kamu semua ke dalam daftar "Whom I can live without"
Ya!! Saya ingin terus bersama-sama kalian sampai waktu atau bahkan maut yang memisahkan kita.

I wanna grow old with you
I wanna die lying in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be looking in your eyes
I wanna be there for you...
Sharing in everything you do..
I wanna grow old with you..

(Sepenggal lagu I wanna grow old with you )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar