Rabu, 23 Oktober 2013

KAMU...

Ketika akan memulai menulis tentangmu, tak banyak kata yang bisa ku gambarkan akan dirimu, pesonamu. Tak banyak kenangan yang sempat kita ukir bersama. Tak banyak kata yang sempat terucap. Pun tak ada foto kita berdua yang dapat menghiasi dompet kita masing-masing.

Pertemuan singkat itu nyaris membuatmu sebagai sosok tanpa cela di mataku.
Ketika pasangan lain sibuk menghabiskan waktu makan berdua dan jalan-jalan, kita justru berjalan di antara mayat-mayat korban tsunami.
Ketika mereka dengan sengaja mematikan lampu dan hanya menyalakan lilin untuk makan malam ala CandleLightDinner, kita justru harus menikmati malam gelap tanpa listrik.
Pasangan lain berkeliling kota menggunakan sepeda motor dan mobil mewah, kita harus mengantri bahan bakar dan sialnya pulang dengan berjalan kaki sambil mendorong motor, tak kebagian bahan bakar.
Mereka menikmati makan malam di cafe-cafe maupun restauran mewah, kita hanya menikmati mie instan dan ikan kalengan bantuan untuk para korban tsunami.

Kita bahkan tak sempat berfikir untuk berfoto bersama, jika suatu saat nanti kita tak berjumpa lagi.
Kita bahkan tak saling berkirim puisi cinta, namun selalu berbagi kata.
Tak pernah ada genggaman mesra, hanya tatapan hangat yang mewakili segalanya.
Tak ada kenangan indah romantis, namun kenangan-kenangan ku bersamamu yang tak lazim dilakukan orang-orang adalah kenangan termanis. Manis sekali, manis yang benar-benar manis tanpa ada rasa pahit di ujung.

Namun aku menyesal...
Kita tak sempat melihat birunya laut kala itu, karena laut masih begitu menakutkan.
Kita tak sempat melihat matahari terbenam, karena tak punya waktu mengingat itu.
Kita bahkan tak sempat bermain-main di pantai.
Tak sempat bercanda di dalam hujan.
Tak pernah sempat bercengkrama dengan semua hal yang aku suka, langit, pantai dan hujan.

Usia kita yang terpaut jauh, amat jauh... tak membuatku merasa berjarak denganmu. Kau bisa menjadi teman, saudara, bahkan kekasih. Kau juga menjadi guruku. Mengajariku banyak hal.
Waktu yang singkat itu, teramat singkat bagiku, hanya hitungan bulan kita bersama. Mampu membuatku menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melupakanmu. Tak pernah bisa, bahkan sampai detik ini. Kau lah hal yang paling aku inginkan di dunia ini.

Bagaimana denganmu?
Apakah kau masih punya perasaan yang sama terhadapku?
Atau kah kau sudah melupakanku?
Lalu mengapa kau masih hadir di dalam mimpiku?
Senyummu tiap kali kau memandangku, tak pernah luput dari ingatanku.

Aku tak melihatmu ketika mataku terbuka.
Namun kau jelas berada di dekatku kala mataku terpejam.

Sosok pengganti dirimu datang silih berganti. Tak pernah ada yang seperti dirimu. Karena mereka bukan kau. Melihat langit, pantai dan hujan bersama mereka, tidak sama menyenangkannya ketika ku bersamamu.
Jauh lebih menyenangkan ketika kita harus mencium bau mayat di jalan-jalan yang kita lewati. Asalkan itu bersamamu...

Dapatkah kau rasakan sakit dan nyeri di hati sampai dadamu sesak tenggorokanmu tercekat, dan tak ada suara yang bisa kau keluarkan.
Memikirkanmu membuat hatiku pilu, bukan karena kau menyakiti hatiku. Tapi karena aku menyakiti hatiku sendiri..
Bukan kau yang meninggalkanku, tapi aku yang pergi darimu...
Keputusan paling egois yang pernah kubuat, yang bahkan menyakiti diriku sendiri.

Jika tulisan ini sempat kau baca karena mungkin terbawa oleh angin..
Ku hanya ingin kau tahu..
Aku mencintaimu..
Demi langit,
Demi bumi,
Demi pantai,
Demi hujan..



3 komentar:

  1. gak peke demi penguasa bumi dan syurga kau memang indah....hihihihi :-)

    BalasHapus
  2. kau bangkitkan gelora api cintaku..kau memang indah....

    BalasHapus
  3. nanti kita karaoke lagu qe tu yaa Dewi Febrsik...

    BalasHapus